
Mengapa Budaya Belajar Bukan Lagi Pilihan, Tetapi Kebutuhan
Di tengah dunia kerja yang penuh disrupsi, organisasi hebat tidak hanya diukur dari kinerja keuangannya, melainkan dari kemampuannya untuk terus belajar dan beradaptasi.
Namun, membangun budaya belajar bukanlah hal yang bisa terjadi dengan sendirinya.
Banyak organisasi masih terjebak dalam pola pelatihan tahunan yang tidak berdampak, dan karyawan hanya belajar ketika “disuruh”—bukan karena dorongan intrinsik.
Menurut laporan McKinsey & Company (2025), organisasi yang memiliki budaya belajar aktif memiliki kemungkinan lebih dari dua kali lipat untuk menjadi pemimpin industri dibanding mereka yang tidak.
Sementara itu, LinkedIn Workplace Learning Report (2025) mencatat bahwa 94% karyawan akan bertahan lebih lama di organisasi yang berinvestasi dalam pengembangan mereka.
Pertanyaannya bukan lagi “apakah kita perlu belajar?” melainkan “bagaimana kita membangun sistem belajar yang hidup dan berkelanjutan?”
Langkah 1: Mulai dari Visi Pembelajaran yang Selaras dengan Strategi Bisnis
HR perlu memosisikan pembelajaran bukan sebagai program, tetapi sebagai bagian dari strategi perusahaan.
Tanyakan: “Kompetensi apa yang dibutuhkan agar visi bisnis lima tahun ke depan tercapai?”
💡 Bersin by Deloitte (2024) menyarankan setiap organisasi menetapkan peta kompetensi jangka menengah yang memadukan hard skill dan soft skill kritis untuk masa depan.
Contoh: Jika strategi bisnis mengarah pada digitalisasi proses, maka program belajar harus mencakup literasi digital, kepemimpinan transformasional, dan agile project management.
Langkah 2: Bangun Learning Ecosystem yang Adaptif dan Terintegrasi
Budaya belajar tidak bisa dibentuk dari pelatihan satu arah. Ia tumbuh dari ekosistem pembelajaran yang menggabungkan teknologi, pengalaman, kolaborasi, dan personalisasi.
Elemen penting ekosistem pembelajaran modern:
- Platform pembelajaran digital (LXP/LMS) yang mudah diakses dan dikurasi dengan baik.
- Microlearning & on-demand content berbasis kebutuhan aktual.
- Peer learning & coaching untuk memperkuat kontekstualisasi di tempat kerja.
Menurut Josh Bersin Company (2024), organisasi dengan ekosistem pembelajaran aktif memiliki tingkat engagement karyawan 47% lebih tinggi dan inovasi internal yang lebih cepat.
Langkah 3: Jadikan Atasan Langsung sebagai Agen Pembelajaran
Salah satu kesalahan umum dalam pengembangan SDM adalah menganggap bahwa pembelajaran hanya terjadi di ruang training. Padahal, 60% proses belajar efektif terjadi di lingkungan kerja melalui interaksi langsung dengan atasan dan rekan kerja (ATD, 2025).
💼 Peran manajer sangat vital. Mereka perlu dibekali dengan keterampilan coaching, memberikan feedback yang konstruktif, serta memfasilitasi proses reflektif harian.
Buat program Manager as Learning Facilitator yang membantu atasan menjadi katalis budaya belajar, bukan sekadar supervisor administratif.
Langkah 4: Ukur Dampak, Bukan Hanya Partisipasi
Banyak program pelatihan gagal karena kesuksesannya hanya diukur dari jumlah peserta, bukan dari perubahan nyata.
Gunakan pendekatan evaluasi seperti Kirkpatrick-Phillips Model untuk mengukur dampak hingga level hasil bisnis dan ROI.
📊 Menurut ROI Institute (2023), program pembelajaran yang diukur secara komprehensif menghasilkan dukungan manajemen 2,5 kali lebih besar karena mampu menunjukkan kontribusinya secara nyata terhadap kinerja.
Pembelajaran sebagai Daya Ungkit Pertumbuhan
- Unilever Global membentuk Degreed-powered Learning Ecosystem, yang meningkatkan internal mobility hingga 35% dalam dua tahun.
- Telkom Indonesia menerapkan program Learning for Growth berbasis kebutuhan unit kerja, dan mencatat peningkatan produktivitas tim sebesar 19%.
- Microsoft mengintegrasikan proses belajar ke dalam flow of work, menciptakan budaya learning by doing yang mendongkrak retensi karyawan dan kepuasan pelanggan secara bersamaan.
Saatnya HR Menjadi Arsitek Budaya Belajar
Perusahaan yang hebat bukanlah perusahaan yang memiliki semua jawaban, tetapi perusahaan yang membentuk manusia yang tidak pernah berhenti bertanya dan belajar.
Sebagai fungsi strategis, HR memegang peran kunci dalam menciptakan budaya belajar yang berakar, bukan hanya bertumbuh.
Dan itu dimulai hari ini—dari satu langkah kecil, dari satu percakapan bermakna, dari satu program yang benar-benar relevan.
📌 Karena organisasi yang tidak belajar, perlahan akan tertinggal. Tetapi organisasi yang belajar dengan tepat, akan memimpin masa depan.
Referensi:
- McKinsey & Company. (2025). Reimagining Learning in the Digital Age.
- LinkedIn Learning. (2025). Workplace Learning Report 2025.
- Bersin by Deloitte. (2024). Building a High-Impact Learning Culture.
- Josh Bersin Company. (2024). The Learning Ecosystem Playbook.
- ATD (Association for Talent Development). (2025). Learning Trends & Impact Report.
- ROI Institute. (2023). The Business Case for Learning Evaluation.