
Dunia Berubah Lebih Cepat dari yang Kita Sadari
Di era disrupsi digital dan percepatan inovasi, perusahaan yang bergerak lambat akan tertinggal. Tahun 2025 diprediksi menjadi titik kritis di mana kesenjangan kompetensi (skills gap) semakin melebar, sementara tuntutan pasar berubah drastis. McKinsey Global Institute (2023) menyatakan bahwa 87% perusahaan di dunia sudah mengalami kekurangan talenta dengan skill masa depan, sementara World Economic Forum memperkirakan 40% pekerjaan inti akan berubah bentuk akibat AI dan otomatisasi.
Pertanyaannya: Apakah organisasi Anda siap?
Banyak CEO masih menyerahkan tanggung jawab Learning & Development (L&D) sepenuhnya kepada tim HR atau pelatihan eksternal. Padahal, di tengah persaingan yang semakin ketat, L&D bukan sekadar program tambahan—melainkan strategi inti untuk bertahan dan menang.
Ketinggalan, Tergerus, Punah
Jika CEO tidak mengambil alih kepemimpinan inisiatif L&D, konsekuensinya bisa fatal:
- Kehilangan Talent Top ke Kompetitor
- Studi LinkedIn (2024) menunjukkan 94% karyawan akan bertahan lebih lama di perusahaan yang berinvestasi pada pengembangan mereka. Tanpa L&D yang kuat, talenta terbaik akan mencari perusahaan yang menjanjikan pertumbuhan.
- Ketidakmampuan Beradaptasi dengan Teknologi Baru
- Perusahaan yang gagal membekali karyawan dengan digital literacy dan AI fluency akan kalah dari rival yang lebih gesit (Deloitte, 2023).
- Penurunan Produktivitas & Inovasi
- Tanpa upskilling, karyawan terjebak dalam pekerjaan rutin tanpa kontribusi strategis. Hasilnya? Inovasi mandek, efisiensi menurun.
- Reputasi Perusahaan Tergerus
- Di mata investor dan pelanggan, perusahaan yang tidak berinvestasi pada SDM-nya dianggap tidak visioner.
Bayangkan: 5 tahun lagi, bisnis Anda masih relevan atau hanya jadi kenangan?
CEO sebagai Architect of Learning
CEO tidak perlu menjadi trainer, tetapi harus menjadi penggerak utama budaya belajar. Berdasarkan penelitian Harvard Business Review (2024) dan praktik terbaik perusahaan seperti Google dan Unilever, berikut strateginya:
- Jadikan L&D sebagai Prioritas Strategis, Bukan Aktivitas Sampingan
- Alokasikan anggaran khusus untuk L&D dan integrasikan dengan tujuan bisnis.
- Bangun Learning Culture dari Atas
- CEO harus menjadi role model dengan terus belajar dan mendorong eksperimen.
- Gunakan Data untuk Personalisasi Pembelajaran
- AI-driven learning platforms bisa membantu mengidentifikasi skill gap dan menyesuaikan program pelatihan.
- Ukur ROI L&D dengan Metrik yang Jelas
- Tidak sekadar jumlah pelatihan, tapi dampaknya pada produktivitas, retensi, dan inovasi.
Waktunya Memimpin atau Tertinggal
Tahun 2025 sudah di depan mata. Apakah Anda ingin menjadi CEO yang membawa perusahaan meraih puncak, atau justru menyaksikannya tergerus zaman?
Mulailah hari ini:
- Evaluasi strategi L&D perusahaan Anda.
- Libatkan diri dalam perencanaan program pengembangan karyawan.
- Investasikan pada tools dan budaya yang mendukung continuous learning.
Jangan menunggu sampai kompetitor lebih dulu membangun tim yang lebih cerdas, lebih cepat, dan lebih adaptif. Kepemimpinan Anda dalam L&D akan menentukan masa depan perusahaan.
Referensi:
- McKinsey Global Institute. (2023). The Future of Work: Reskilling and Upskilling for the Post-Pandemic Economy.
- World Economic Forum. (2023). The Future of Jobs Report.
- LinkedIn Learning. (2024). Workplace Learning Report.
- Deloitte. (2023). Global Human Capital Trends.
- Harvard Business Review. (2024). Why CEOs Must Own the Learning Agenda.